Selasa, 31 Mei 2016

Porrnografi pada anak /remaja

Bagaimana menghindari dampak pornografi pada anak?
-- ringkasan materi kegiatan PPKS Kencana 30 Mei 2016 disampaikan oleh dr. Warih Andan Puspitosari, M.Sc., Sp.KJ(K) --

Data dari Salima, 2012
Menurut hasil survey yayasan kita dan buah hati pada sekitar 4000 anak kls 4,5 dan 6 SD (tahun 2008-2011):
68 % dari mereka mengaku pernah melihat adengan porno dari berbagai media, semisal hp, internet, televisi, games atau komik.
Ironisnya, 40% dari anak-anak tersebut mengaku melihatnya di rumah mereka sendiri.
“Dari tanggal 14 Juni-23 Juni KPAI terima laporan 33 anak diperkosa, umur antara 4-12 tahun. Yang melakukan (pemerkosa) umur 16-18 tahun. Seluruh pelaku yang tertangkap polisi mengaku terangsang setelah menyaksikan tayangan seks Ariel”, kata Ketua KPAI Hadi Supeno kepada wartawan.

dari survey yang dilakukan 28% anak mengakses pornografi melalui situs internet, 20% melalui komik, 14% melalui games/permainan komputer, 13% melalui film, 25% lainnya melalui vcd, majalah, koran, dan novel.

kemudian tempat anak mengakses pornografi 40% di rumah/kamar pribadi, 14% di warnet, 12% rumah teman, 32% lain-lain (hp teman, bioskop, mall, dan lain lain).

Anak/remaja yg lebih beresiko untuk mengakses pornografi :
BLAST
B : Bored (Bosan)
L : Lonely (merasa sendirian)
A : Angry & Afraid (marah & takut)
S : Stress (tertekan)
T : Tired (Lelah)

Jika kita telah menyadari faktor risiko yang bisa membuat anak/remaja memilih pornografi sebagai sebuah aktivitas yang disukai maka tugas kita adalah menjaga agar faktor risiko tersebut dapat kita minimalkan
Mendampingi anak agar tidak bosan/jenuh, merasa sendirian,  memiliki ekspresi emosi yang tinggi (mudah marah), takut (merasa tidak aman/ terancam), tertekan dan lelah

Pahami Anak Kita.
Kehadiran orangtua baik secara fisik maupun psikis
Orangtua nyaman diajak komunikasi (komunikasi verbal maupun non verbal)
Penerimaan yang tulus tanpa syarat
Jangan menilai sebelum mengalami bersama
Jadi sahabat mereka, buat mereka nyaman dengan kita, bahkan ketika mereka salah

Orang tua seharusnya :
Hadir secara fisik dan psikis
Penerimaan yang tulus tanpa syarat
Kedekatan emosional
Pemberi support
Sering memberikan pujian
Terus membuka percakapan
Komunikasi terapeutik/menyamankan (verbal dan non verbal)
Lakukan dengan hati

BAHASA CINTA :
- Sentuhan Fisik : memberikan sentuhan fisik seperti pelukan, ciuman di pipi, bermain yang melibatkan sentuhan  fisik dan lain-lain.
- Kata-kata Pendukung : kata-kata positif dan mendukung pada anak.
- Waktu Berkualitas : melakukan aktifitas bersama dengan anak tanpa ada orang lain.
- Hadiah : memberikan hadiah kesukaannya.
- Layanan : melayani kebutuhan anak yang penting baginya.

Orang tua seharusnya :
- Menanamkan kekuatan prinsip spiritual kepada anak untuk menjaga PFC nya tentang mana yang boleh mana yang tidak boleh, dll (ibarat berumah di pinggir sungai besar.......)
- Memahami tentang media-media tersebut sehingga bisa membantu dan mendampingi pada saat anak membutuhkan pendampingan (seringkali anak lebih pinter dan lebih cepat dibanding orang tua.....
- Membuat kesepakatan-kesepakatan tentang kualitas dan kuantitas menggunakan berbagai media informasi tersebut
- Memberikan contoh kepada anak bagaimana menggunakan media informasi yang baik, benar dan sehat
- Memberikan aktivitas positif, menyenangkan dan nyaman (stimulasi dopamin yang alamiah....)

0 komentar:

Posting Komentar