Wow suprise sekali 😢
Makasih kak Delisa , Hallo sobat Genre Aceh
Berikut sekilas cerita dari kak delisa
Delisa. Namanya sejak beberapa tahun lalumelambung. Banyak orang mengira bahwasosok gadis cilik ini hanyalah rekaan Tere Liye -sang penulis novel- belaka. Ya, apalagi setelah novel Hafalan Shalat Delisa diangkat ke layar lebar pada tahun 2011 oleh produser Chand Parwez Servia dan sutradara Sony Gaokasak. Film ini begitu menyentuh. Sebab ia mengangkat tema tentang bencana mahadahsyat yang melanda Aceh sewindu silam. Kisahnya tentang Delisa, gadis cilik yang tinggal di Desa Lhok Nga, Kabupaten Aceh Besar. Dalam film tersebut Delisa digambarkan sebagai bungsu dari empat bersaudara yang periang dan manja. Saat tsunami terjadi semua keluarganya meninggal; ibu, dan ketiga kakaknya. Kecuali ayahnya yang saat itu bekerja di kapal tanker perusahaan minyak internasional. Tsunami -atau dalam bahasa Simeulue disebut smong- juga merenggut sebelah kaki Delisa sehingga harus diamputasi. Setelah itu ia terpaksa menggunakan tongkat untuk berjalan. Tak lama setelah tsunami ayahnya pulang. Delisa kemudian menjalani hari-harinya dengan sang ayah. Delisa sempat frustasi menyadari kehilangan ini. Ia sedih. Namun akhirnya dengan dukungan ayah dan teman-temannya ia bangkit, menginsyafi bahwa semua peristiwa adalah kehendak Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dahsyatnya, Delisa kemudian kembali bersemangat untuk menuntaskah hafalan shalatnya yang belum sempurna. Selama ini, tokoh Delisa dalam film tersebut hanya dianggap kisah fiktif. Bahkan oleh Tere Liye, si novelis romantis pun beranggapan bahwa Delisa ini murni rekaan. Dalam sebuah talk-show ia pernah mengatakan cerita ini jika settingnya bukan di Aceh kala tsunamipuntetap akan menarik. Bisa saja Delisa gagal menyelesaikan shalat karena kebakaran atau musibah lainnya. Begitu katanya. Namun sebenarnya sosok Delisa memang benar-benar ada. Ia benar-benar korban gelombang ganas 26 Desember 2004. Kisahnya nyaris sangat mirip dengan Delisa-nya Darwis Tere Liye. Bedanya Delisa yang asli ini bukan penduduk Lhok Nga. Delisa yang ini bernama lengkap Delisa Fitri Rahmadani. Ia biasa dipanggil Delisa. Kakinya telah diamputasi karena diterjang tsunami. Gadis yang memakai baju putih dan rok berwarna coklat tersebut lahir di Ulee Lheue Banda Aceh, 15 Desember 1997 silam. Di acara refleksi delapan tahun tsunami Aceh yang digelar Forum Lintas Komunitas di Museum Tsunami Aceh kemarin siang (26/12), Delisa menjadi pusat perhatian. Banyak yang meminta tanda tangan padanya, ada juga yang minta foto bersama. Sebelumnya Delisa tampil di hadapan seluruh pengunjung untuk berbagi kisahnya hingga selamat saat tsunami. Saat itu katanya ia masih berusia 8 tahun lebih 15 hari. Ia masih duduk di kelas 2 MIN Ulee Lheue Banda Aceh. Saat musibah tersebut ia kehilangan ibunya Salamah, dan juga ketiga saudara kandungnya. Ia juga kehilangan anggota tubuhnya, yaitu kaki sebelah kanannya yang harus diamputasi. “Waktu itu kaki saya sudah membusuk. Telapak kaki sudah terkikis dan nampak tulangnya. Selama tiga hari setelah tsunami kaki sayahanya diberi betadine saja. Perihpun sangat luar biasa, melihat kondisi saya yang seperti itu, salah satu relawan mengatakan bahwa ada dokter dari Australia di Rumah Sakit Fakinah. Relawanitu juga bilang kamu harus terima apapun nanti hasilnya, saya pun siap dioperasi pada hari kelima," ujarnya di atas panggung. Kini Delisa menjalani hari-harinya dengan bantuan tongkat dan kaki palsu. Ia tinggal bersama ayahnya Bakhtiar, dan seorang abangnya yang selamat. Ia kini sekolah di SMK 5 Telkom Banda Aceh dan masih kelas satu. Delisa adalah remaja yang penuh semangat dan energik, saat masih SMP ia juga pernah mendapat juara umum. Gadis itu juga pandai memainkan alat musik keyboard. “Saya berterima kasih kepada Allah yang telah mengambil kaki saya, di luar sana banyak Delisa-Delisa lain yang mungkin lebih dari saya," ujarnya. Kelak Delisa ingin menjadi pemain musik dan pengarang buku. Ia juga ingin membuat komunitas untuk anak-anak cacat.
Makasih semangatnya , semangat terus kak 😊😀
0 komentar:
Posting Komentar