Pengurus PIK R 2016/2019

SEMANGAT REMAJA NGEMPLAK

Jambore IMP Di Sayegan

Yang tua pun tidak mau kalah dengan yang muda

ULang Tahun PIK R Semarak

HAri jadi adalah hari yang berkesan buat kami, Karena di situlah kami belajar dan mengevaluasi agar lebih baik ke depan

Sosialisasi TRIAD KRR dan Pengenalan PIK R semarak DI MTS 1 Ngemplak

Pengetahuan yang penting untuk adek adek kita dari MTS 1 Ngemplak

Jangan galau, Mari PIKNIK

Taman Tebing Breksi Sambirejo , Prambanan , Sleman DIY

Sabtu, 02 Mei 2015

Kawin muda?

Halloo.. guys
Mau handphone keren gak? Cobain yukk ikutan lomba nulis Bkkbn dengan tema Menikah Di Usia Ideal (buat cewek 21 tahun buat cowok 24 tahun) Berani coba??

Sabtu, 25 April 2015

Tahun 2030, Penduduk Indonesia Tembus 345 Juta Jiwa ?? YUK KB :)

Tahun 2030, Penduduk Indonesia Tembus 345 Juta Jiwa
Rabu, 22 April 2015

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Badan Kependudukan dan. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 mendatang bisa sebanyak 345 juta jiwa atau bahkan lebih.

Plt Kepala BKKBN Ambar Rahayu mengakui, populasi dan pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), pertumbuhan atau laju penduduk Indonesia dari tahun 1980 sampai tahun 2000 terlihat sangat signifikan.

Kemudian, berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 sampai 2010, ternyata angka pertumbuhan itu tidak bisa diturunkan sesuai proyeksi mereka yaitu 1,2 persen per tahun. Angka tersebut justru naik dari 1,45 persen menjadi 1,49 persen.

“Padahal, kalau mengikuti proyeksi kami, laju pertumbuhan penduduk di tahun 2030 hanya 288 juta jiwa. Namun, kalau pertumbuhannya tidak sesuai proyeksi maka tidak menutup kemungkinan jumlah penduduk Indonesia nanti pada tahun 2030 mencapai 345 juta jiwa atau lebih dari itu,” katanya, saat pemaparan di FP 2020 Indonesia Country Committee, di Jakarta, Selasa (21/4).

Ia menambahkan, perkiraan pertumbuhan penduduk ini bisa dilihat dari perubahan struktur perubahan penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 1961,1971,1980,1990,2000, dan 2010. Dalam data sensus tahun 1960, terlihat jumlah penduduk usia muda sangat banyak jumlahnya. Namun ketika era tahun 2010 yang terjadi adalah bahwa jumlah usia tua semakin banyak.

“Sementara kita juga menghadapi tantangan tambahan penduduk muda antara 0-14 tahun ini yang jumlahnya tinggi,” ujarnya.

Belum lagi ketika melihat angka fertilitas di Tanah Air yang tidak banyak berubah. Diakui Ambar, memang angka fertilitas di Indonesia pernah turun antara tahun 1991-2002 yaitu dari tiga kelahiran per wanita menjadi 2,62 per wanita.

“Namun setelah itu angkanya stagnan di 2,6 kelahiran per wanita,” katanya.

Tingkat fertilitas yang cenderung tetap ini sesuai dengan pemakaian kontrasepsi yang hanya sekitar 0,5 persen antara 2007-2012. Alat kontrasepsi seperti suntik dan pil cenderung terus meningkat pemakaiannya. Sementara untuk mempromosikan pemakaian kontrasepsi jangka panjang yaitu IUD yang warna hijau cenderung terus menurun.

Ia menceritakan, saat produk ini keluar, penggunanya masih 13 persen. Namun pada 2012 lalu, pengguna IUD turun menjadi 3,9 persen. Padahal, kata dia, kalau mau menurunkan angka fertilitas dari 2,6 kelahiran per wanita menjadi 2,1 kelahiran per perempuan maka seyogyanya pemakaian kontrasepsi bisa bertambah minimal satu persen setiap tahun.

Diakuinya, persoalan seperti ini menjadi tantangan. Untuk menyelesaikan masalah ini, kata dia, pemerintah pusat akan melakukan upaya-upaya,diantaranya berencana mewajibkan memberi alat kontrasepsi.


Sumber : BKKBN

Minggu, 15 Maret 2015

Pengetahuan Yang Bagus Bagi Orang Tua Terhadap Pola Asuh Anak

Pola Asuh Pengaruhi Karakter Anak
Kamis, 12 Maret 2015
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa orangtua harus mengetahui pola asuh yang tepat, karena dapat mempengaruhi karakter anak.

"Banyaknya kegagalan dalam pengasuhan anak kadang disebabkan sebagian orangtua tidak tahu bagaimana cara mengasuh yang tepat," kata Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Sudibyo Alimoeso di Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Dia menjelaskan, pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan orangtua pada anak yang bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

"Ada beberapa jenis pola asuh, ada yang otoriter, permisif, demokratis dan ada juga yang bersifat abai," jelas Sudibyo.

Dari berbagai tipe pola asuh, kata dia, yang dapat membentuk anak menjadi percaya diri, berakhlak dan cerdas adalah pola asuh demokratis.

"Pola asuh demokratis menghargai kepentingan anak namun juga menekankan pada kemampuan untuk mengikuti aturan sosial," kata Sudibyo.

Orangtua yang demokratis, lanjut dia, bersifat hangat dan sayang pada anak, tapi tegas dan menetapkan aturan di rumah serta memberi batasan.

Dia menambahkan, agar pola asuh berjalan efektif ada berbagai hal yang harus dilakukan orang tua, di antaranya memberikan teladan positif, berkomunikasi dengan kalimat yang baik, sering memberikan pujian, selalu menjaga kebersamaan, dan bersikap sabar.

"Jika orangtua harus memberikan hukuman pada anak, lakukan sesuai fungsinya yaitu menghalangi anak berbuat negatif, mendidik dan mendorong atau memotivasi," ujar Sudibyo.

Bentuk hukuman, kata dia, diberikan sesuai jenis pelanggaran, tidak menyerang pribadi anak, disertai penjelasan mengapa hukuman diberikan dan mengarah pada pembentukan hati nurani.

"Tidak boleh membuat anak merasa terhina," imbuh Sudibyo.

Dia juga mengatakan, dengan pola asuh yang tepat, anak akan tumbuh dengan karakter yang baik. (Antara)

Sumber :http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=2512

Rabu, 25 Februari 2015

Sosialisasi Triad KRR dan pengenalan PIK R Semarak di MTS N 1 Ngemplak

Salam genre kali ini temen temen pik r semarak lagi ngadain sosiaisasi nih tentang triad krr sekaligus pengenalan PIK R semarak

Liat adek-adeknya semangat,mas dan mbaknya jadi pada semangat juga nih hahaha




Minggu, 04 Januari 2015

Alhamdulillah Pengetahuan Remaja Mengenai HIV/AIDS Meningkat Tajam

Pengetahuan Remaja Mengenai HIV/AIDS Meningkat Tajam (Sumber-sumber informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja)


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, BKKBN, Jakarta, (12/12) – Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS meningkat secara signifikan, dari 3 persen pada tahun 2007 menjadi 13 persen pada tahun 2012 pada wanita. Sedangkan pada pria mengalami peningkatan 1 persen pada tahun 2007 menjadi 12 persen pada tahun 2012. Pengetahuan remaja yang paling sering dipakai mengenai HIV/AIDS bersumber dari televisi, sekolah, dan guru. Data-data ini merupakan hasil temuan utama Survey Demografi dan Kesehatan (SDKI) Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2012.
Data SDKI menunjukkan bahwa remaja telah menjadi lebih rasional dan selektif dalam memilih sumber informasi mengenai HIV/AIDS. Akses ke sekolah dan guru sebagai sumber informasi meningkat secara signifikan dalam lima tahun terakhir. Sementara itu penggunaan radio, TV, teman, dan kerabat sebagai sumber informasi AIDS sedang mengalami penurunan selama lima tahun terakhir. Internet juga mengalami peningkatan sebagai sumber informasi penting tentang HIV/AIDS bagi remaja. Untuk remaja wanita dari 3 persen pada tahun 2007 menjadi 13 persen pada tahun 2012. Sedangkan untuk remaja pria yang mendapatkan informasi HIV/AIDS dari internet meningkat dari 2 persen di tahun 2007 menjadi 14 persen di tahun 2012.
Disamping jumlahnya yang sangat banyak, yaitu mencapai 27,6% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 64 juta jiwa (SP 2010), juga rentan akan terjadinya kawin muda, terlibat dalam penyalahgunaan napza dan resiko terkena HIV dan AIDS. Terhitung sampai Juni 2014 usia remaja yang terkena HIV&AIDS berjumlah 18.237 jiwa (Ditjen PPM & PL Depkes RI). Sedangkan per-Juni 2014 menemukan bahwa persentase kumulatif kasus AIDS terbesar pada kelompok usia 20-29  tahun sebesar 32,9 % (Kemenkes RI, 2014).
BKKBN sebagai salah satu instansi pemerintah merespon permasalahan remaja tersebut melalui Direktorat Bina Ketahanan Remaja dengan program Generasi Berencana (GenRe). Program ini dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri melalui pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) dan pendekatan kepada orang tua melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). “Menarik memang untuk ditelisik  lebih jauh. Mulai bagaimana permasalahan remaja itu sendiri dan bagaimana mengatasi problematik kaum muda generasi penerus bangsa ini. Perlu adanya suatu langkah menyadarkan mereka betapa pentingnya mereka mengelola aset pribadinya, mulai dari menjaga dirinya sendiri, pergaulan, pendidikan dan masa depannya,” ujar Plt. Kepala BKKBN Fasli Jalal pada Talkshow “Gebyar Remaja Indonesia Peduli HIV & AIDS” di Universitas Negeri Jakarta.
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2013 merilis bahwa 22% dari 4 juta penduduk Indonesia penyalahguna narkoba, atau sekitar 880 ribu penyalahguna narkoba adalah remaja/mahasiswa. Secara kumulatif dari tahun 2007-2011 adalah sebanyak 138.475. Tersangka  kasus Narkoba dengan usia    < 16 – 24 tahun adalah sebanyak  40.690 (21,5%) dan diantara tersangka tersebut, 1,7% atau sekitar 3.143 kasus terjadi pada mahasiswa.
Sedangkan data kasus yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan, 2013 menunjukkan bahwa 35,2% kasus AIDS berasal dari kelompok usia 20 – 29 tahun. Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS yang gejalanya baru muncul setelah 3 – 10 tahun terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah terinfeksi pada usia yang lebih muda. Lebih lanjut kerentanan penduduk muda diperkuat hasil analisis lebih lanjut data terpilah dari berbagai sumber survey dan penelitian yang terkait HIV dan AIDS, dimana diantara populasi yang paling berisiko tertular HIV, sekitar sepertiganya adalah mereka yang berusia 15 – 24 tahun (KPAN).
“Saya bersyukur bahwa lembaga-lembaga pendidikan dari mulai tingkat dasar hingga tingkat pendidikan tinggi, selain berpartisipasi  dalam kampanye Aku Bangga Aku Tahu (ABAT), juga melakukan edukasi dalam bentuk lain untuk pencegahan HIV-AIDS, bahkan menjadikan materi HIV-AIDS sebagai muatan lokal. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan apresiasi atas upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan mempunyai komitmen tinggi terhadap upaya pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS, “ kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek. 


Dalam momentum Hari AIDS Sedunia 2014, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kelompok Kerja Remaja dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Narkotika Nasional (BNN), Rutgers WPF Indonesia telah mengkonsepkan terobosan acara “Remaja Indonesia Peduli AIDS” yang bertujuan untuk menggabungkan serta mengkolaborasikan kekuatan remaja yang peduli AIDS serta mengundang Kementerian/Lembaga yang lain bergabung pada acara ini. Melihat kekuatan remaja yang dibangun oleh masing-masing kementerian/ lembaga seperti Kementrian Kesehatan dengan program Remaja “ABAT”, BKKBN dengan program GenRe serta Dance4life denganagent4change nya, akan jauh lebih bermakna ketika kita menyatukan kekuatan dengan tetap memperkenalkan ikon masing-masing pada momentum Hari AIDS Sedunia ini. Semoga acara yang mengusung konsep “youth friendly” dan dari, oleh dan untuk remaja dapat menjadi sebuah acara yang lebih efektif menginternalisasi kedalam jiwa dan raga pemuda untuk membangun kesadaran dan kepedulian remaja dalam mencegah HIV dan AIDS serta melindungi diri, keluarga dan masyarakat dari HIV dan AIDS. (HUMAS/AH)

Sumber : Bkkbn