Pengetahuan Remaja Mengenai HIV/AIDS Meningkat Tajam (Sumber-sumber informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja)
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, BKKBN, Jakarta, (12/12) – Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS meningkat secara signifikan, dari 3 persen pada tahun 2007 menjadi 13 persen pada tahun 2012 pada wanita. Sedangkan pada pria mengalami peningkatan 1 persen pada tahun 2007 menjadi 12 persen pada tahun 2012. Pengetahuan remaja yang paling sering dipakai mengenai HIV/AIDS bersumber dari televisi, sekolah, dan guru. Data-data ini merupakan hasil temuan utama Survey Demografi dan Kesehatan (SDKI) Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2012.
Data SDKI menunjukkan bahwa remaja telah menjadi lebih rasional dan selektif dalam memilih sumber informasi mengenai HIV/AIDS. Akses ke sekolah dan guru sebagai sumber informasi meningkat secara signifikan dalam lima tahun terakhir. Sementara itu penggunaan radio, TV, teman, dan kerabat sebagai sumber informasi AIDS sedang mengalami penurunan selama lima tahun terakhir. Internet juga mengalami peningkatan sebagai sumber informasi penting tentang HIV/AIDS bagi remaja. Untuk remaja wanita dari 3 persen pada tahun 2007 menjadi 13 persen pada tahun 2012. Sedangkan untuk remaja pria yang mendapatkan informasi HIV/AIDS dari internet meningkat dari 2 persen di tahun 2007 menjadi 14 persen di tahun 2012.
Disamping jumlahnya yang sangat banyak, yaitu mencapai 27,6% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 64 juta jiwa (SP 2010), juga rentan akan terjadinya kawin muda, terlibat dalam penyalahgunaan napza dan resiko terkena HIV dan AIDS. Terhitung sampai Juni 2014 usia remaja yang terkena HIV&AIDS berjumlah 18.237 jiwa (Ditjen PPM & PL Depkes RI). Sedangkan per-Juni 2014 menemukan bahwa persentase kumulatif kasus AIDS terbesar pada kelompok usia 20-29 tahun sebesar 32,9 % (Kemenkes RI, 2014).
BKKBN sebagai salah satu instansi pemerintah merespon permasalahan remaja tersebut melalui Direktorat Bina Ketahanan Remaja dengan program Generasi Berencana (GenRe). Program ini dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri melalui pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) dan pendekatan kepada orang tua melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). “Menarik memang untuk ditelisik lebih jauh. Mulai bagaimana permasalahan remaja itu sendiri dan bagaimana mengatasi problematik kaum muda generasi penerus bangsa ini. Perlu adanya suatu langkah menyadarkan mereka betapa pentingnya mereka mengelola aset pribadinya, mulai dari menjaga dirinya sendiri, pergaulan, pendidikan dan masa depannya,” ujar Plt. Kepala BKKBN Fasli Jalal pada Talkshow “Gebyar Remaja Indonesia Peduli HIV & AIDS” di Universitas Negeri Jakarta.
Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2013 merilis bahwa 22% dari 4 juta penduduk Indonesia penyalahguna narkoba, atau sekitar 880 ribu penyalahguna narkoba adalah remaja/mahasiswa. Secara kumulatif dari tahun 2007-2011 adalah sebanyak 138.475. Tersangka kasus Narkoba dengan usia < 16 – 24 tahun adalah sebanyak 40.690 (21,5%) dan diantara tersangka tersebut, 1,7% atau sekitar 3.143 kasus terjadi pada mahasiswa.
Sedangkan data kasus yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan, 2013 menunjukkan bahwa 35,2% kasus AIDS berasal dari kelompok usia 20 – 29 tahun. Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS yang gejalanya baru muncul setelah 3 – 10 tahun terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah terinfeksi pada usia yang lebih muda. Lebih lanjut kerentanan penduduk muda diperkuat hasil analisis lebih lanjut data terpilah dari berbagai sumber survey dan penelitian yang terkait HIV dan AIDS, dimana diantara populasi yang paling berisiko tertular HIV, sekitar sepertiganya adalah mereka yang berusia 15 – 24 tahun (KPAN).
“Saya bersyukur bahwa lembaga-lembaga pendidikan dari mulai tingkat dasar hingga tingkat pendidikan tinggi, selain berpartisipasi dalam kampanye Aku Bangga Aku Tahu (ABAT), juga melakukan edukasi dalam bentuk lain untuk pencegahan HIV-AIDS, bahkan menjadikan materi HIV-AIDS sebagai muatan lokal. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan apresiasi atas upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan mempunyai komitmen tinggi terhadap upaya pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS, “ kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek.
Dalam momentum Hari AIDS Sedunia 2014, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kelompok Kerja Remaja dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Narkotika Nasional (BNN), Rutgers WPF Indonesia telah mengkonsepkan terobosan acara “Remaja Indonesia Peduli AIDS” yang bertujuan untuk menggabungkan serta mengkolaborasikan kekuatan remaja yang peduli AIDS serta mengundang Kementerian/Lembaga yang lain bergabung pada acara ini. Melihat kekuatan remaja yang dibangun oleh masing-masing kementerian/ lembaga seperti Kementrian Kesehatan dengan program Remaja “ABAT”, BKKBN dengan program GenRe serta Dance4life denganagent4change nya, akan jauh lebih bermakna ketika kita menyatukan kekuatan dengan tetap memperkenalkan ikon masing-masing pada momentum Hari AIDS Sedunia ini. Semoga acara yang mengusung konsep “youth friendly” dan dari, oleh dan untuk remaja dapat menjadi sebuah acara yang lebih efektif menginternalisasi kedalam jiwa dan raga pemuda untuk membangun kesadaran dan kepedulian remaja dalam mencegah HIV dan AIDS serta melindungi diri, keluarga dan masyarakat dari HIV dan AIDS. (HUMAS/AH)
Sumber : Bkkbn